ISBI Bandung Gelar Studium Generale, Yovie Widianto Tekankan Seni, Budaya, dan Teknologi

Edukasi121 views

REPUBLIKAN, Kota Bandung – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung menyambut mahasiswa baru Tahun Akademik 2025/2026 melalui kegiatan Studium Generale di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Kamis (28/8/2025). Acara ini menghadirkan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif, Yovie Widianto, sebagai narasumber utama.

Kegiatan yang rutin digelar setiap awal tahun akademik ini diikuti oleh 643 mahasiswa baru dari 13 program studi, mulai dari D3, D4, hingga S1. Tiga program studi dengan jumlah mahasiswa terbanyak adalah D4 Televisi dan Film (100 mahasiswa), S1 Seni Karawitan (99 mahasiswa), dan S1 Antropologi Budaya (80 mahasiswa).

Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., dalam sambutannya menegaskan bahwa Studium Generale bukan hanya forum pengenalan kampus, tetapi juga bagian dari upaya membekali mahasiswa dengan motivasi dan perspektif baru dalam berkesenian.

Mengusung tema “Kampus, Budaya, dan Tantangan Teknologi”, Yovie Widianto menekankan pentingnya seniman menjaga ketulusan dalam berkarya. Ia juga menyoroti peran teknologi, khususnya kecerdasan buatan (artificial intelligence), yang menurutnya dapat menjadi mitra bagi dunia seni dan budaya.

“AI adalah sebuah kemajuan yang tidak bisa dihindari. Tetapi sebagai bangsa dengan kekayaan budaya, kita harus memastikan nilai-nilai itu tetap terjaga. AI bukan musuh, ia bisa menjadi alat yang memperkuat karya kita,” kata Yovie.

Ia juga mengajak mahasiswa agar berani tampil berbeda. “Perbedaan adalah modal penting untuk menghasilkan karya. Saya percaya mahasiswa ISBI punya potensi besar untuk membawa kebudayaan Indonesia ke panggung dunia,” ujarnya.

Sementara itu, Retno menambahkan, kehadiran Yovie menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara dunia akademik dan pemerintah dalam memajukan kebudayaan. ISBI Bandung sendiri telah mengembangkan beberapa portal budaya, seperti Si Budi (Sistem Informasi Budaya Indonesia) dan Si Wati (Sistem Informasi Warisan Tangible Intangible Indonesia), yang diharapkan dapat mendukung upaya internasionalisasi budaya Indonesia.

“Penguatan kebudayaan tidak bisa dilakukan parsial, harus bersama-sama. Ujung tombaknya ada di desa. Karena itu kami berharap mahasiswa ISBI bisa kembali ke daerah masing-masing dan menjadi agen penguatan budaya lokal,” ujar Retno.

Dengan semangat itu, ISBI Bandung menargetkan mahasiswa baru tidak hanya menjadi pelaku seni, tetapi juga motor penggerak kebudayaan di tengah tantangan global dan perkembangan teknologi.[R]

Comment