REPUBLIKAN – Suasana berbeda terlihat di halaman Gedung Sate, Kamis (5/9/2025) sore. Ratusan warga memadati lokasi untuk menyaksikan Demo atau aksi budaya yang digelar pegiat seni dan lingkungan Jawa Barat, Dadang Hermawan Arthayuda atau yang akrab disapa Mang Utun.
Dengan suara lantang dari atas mobil komando, Mang Utun menyerukan kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, agar mencabut subsidi yang dinilai tidak transparan kepada anggota DPRD Jabar. Subsidi tersebut telah berjalan sejak terbitnya Peraturan Gubernur (Pergub) pada tahun 2021.
“Untuk Demul, cabut subsidi tak jelas untuk DPRD Jabar! Mumpung belum setahun Anda menjabat, konon untuk efisiensi,” seru Mang Utun, yang disambut riuh tepuk tangan warga.
Mang Utun membandingkan polemik tunjangan DPR RI sebesar Rp 50 juta yang sempat menuai protes nasional, dengan tunjangan yang diterima anggota DPRD Jabar yang disebutnya mencapai Rp 74 juta per bulan.
“Kita ribut se-Indonesia karena DPR RI, padahal di daerah, angka-angka besar juga terjadi. Ini soal keadilan dalam penggunaan uang rakyat,” ujarnya.
Soroti Intimidasi terhadap Seniman Lokal
Dalam kesempatan itu, Mang Utun juga menyoroti dugaan upaya pengusiran oleh oknum dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar terhadap komunitas seni yang rutin tampil di Taman Covid (Gasibu) setiap Minggu selama tiga tahun terakhir.
“Kami justru sedang diusir-usir. Padahal yang kami tampilkan adalah atraksi budaya Sunda yang sering jadi daya tarik wisatawan asing. Ini ironis,” ucapnya.
Aksi tersebut dikemas dalam bentuk performing protest, yaitu demonstrasi yang dibalut pertunjukan seni Sunda seperti debus, pencak silat, jaipongan, hingga calung. Peserta aksi berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Garut, Sumedang, Tasikmalaya, dan Cianjur.
Warga yang hadir pun memberikan respons positif. Apandi (45), warga Kopo, mengaku tak sengaja ikut menonton aksi budaya tersebut usai berolahraga di Gasibu.
“Ternyata bagus. Saya lihat ada kesenian dari kampung saya, Cibatu. Jarang ada demo yang seperti ini,” katanya.
Senada, Ervina (24) dan Jajang (26), warga Dago, mengaku betah menyaksikan aksi budaya tersebut selama lebih dari satu jam.
“Kalau demo bentuknya begini, damai dan edukatif, Indonesia pasti aman,” kata keduanya sambil tersenyum.
Dukung Gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat
Menanggapi keberadaan gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat yang belakangan semakin luas gaungnya, Mang Utun menyatakan dukungan penuh.
“Saya dan rekan-rekan aktivis seni dan budaya amat mendukung. Justru kita harus berkolaborasi,” tegasnya.
Ia bahkan mengusulkan dua tambahan tuntutan, yaitu agar DPR segera mengesahkan RUU Masyarakat Adat dan melindungi jutaan hektar hutan adat dari alihfungsi menjadi proyek ketahanan pangan, khususnya di Papua dan daerah lain di Indonesia.
Aksi budaya ini berlangsung kondusif dan tanpa gangguan cuaca. Meski digelar dalam nuansa protes, suasana tetap meriah dengan semangat pelestarian budaya dan kritik sosial yang disampaikan secara damai.[R]
Comment