REPUBLIKAN, Sukabumi – Permasalahan keuangan menjadi salah satu faktor penentu bagi masyarakat, baik itu dikalangan masyarakat kelas atas, menengah dan bawah.
Baru-baru ini beredar informasi, bagaimana seorang karyawan perusahaan di Sukabumi sampai harus rela menjual Ginjalnya hanya untuk melunasi hutangnya kepada rentenir.
Sementara itu, dari berbagai informasi yang dihimpun oleh Tim Republikan.co di Wilayah Kabupaten Sukabumi, sampai saat ini, masih banyak warga miskin yang terjerat hutang kepada rentenir dan Bank Emok. Mereka terpaksa harus berurusan dengan rentenir dan Bank Emok hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan ada warga yang mengaku, ia bukan hanya terjerat oleh satu pinjaman saja, tapi bisa tiga sampai empat Bank Emok sekaligus, sehingga untuk melunasi hutang hutangnya terpaksa harus memutar otak agar bisa membayar tagihan yang semakin hari semakin membengkak.
“Awalnya, saya mendapatkan informasi dari para tetangga yang sudah terlebih dahulu mendapatkan pinjaman dari Bank Emok dengan persyaratan yang sangat mudah dengan berbekal KTP dan KK. karna didesak oleh faktor kebutuhan, ahkirnya saya juga ikut meminjam dari Bank Emok tersebut,” ungkap, Imas (35) salah satu warga yang tinggal di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, kepada Lingkar Pena.id, Minggu (18/09/2022).
Lanjutnya, dengan berbekal KTP dan KK ia mendapatkan pinjaman sebesar Rp 2.000.000.00., (Dua juta rupiah) dengan estimasi pembayaran untuk satu Minggu sebesar Rp 50.000.00., selama 50 Minggu. Namun uang pinjaman tersebut tidak sepenuhnya diterima, yang diterima hanyalah sebesar 1.750.000.00., ( Satu juta tujuh ratus ribu rupiah) sedangkan yang Rp 250.000.00., (Dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk simpanan wajib sebesar Rp 200.000.00,. (Dua ratus ribu rupiah) dan administrasi sebesar Rp 50.000.00.,( Lima puluh ribu rupiah) Simpan wajib hanya bisa diambil di saat pembayaran pinjaman sudah lunas.
“Kalau dihitung bunganya cukup besar dan sangat memberatkan bagi para peminjam apalagi ditengah kondisi ekonomi pada saat ini. Masalahnya, pembayaran harus ada setiap minggunya karna sifatnya tanggung renteng yang sangat memberatkan dan juga bisa di buly oleh anggota lain ketika tidak sanggup untuk membayar pinjaman tersebut,” jelasnya.
Senada, juga disampaikan oleh Erna (39) ibu tiga anak asal Kecamatan Cibadak, ia mengatakan, sudah terlanjur basah terjerat oleh lilitan Bank Emok dan Rentenir lainnya, karna untuk menutupi hutang ia harus meminjam lagi ke bank Emok yang lain. Sehingga sudah ada beberapa Bank Emok dan Rentenir yang ia pinjam.
“Gali lubang tutup lubang, ahkirnya masuk lubang sendiri karena tak mampu bayar,” kata dia, dengan nada sedih.
Menurutnya, sudah banyak warga yang mengalami masalah dampak pinjaman dari Bank Emok dan Rentenir ini. Karna harus tanggung renteng di setiap minggunya. Dan akan menjadi buah bibir dari anggota lain, sehingga banyak rumah tangga bubar karna sering terjadi pertengkaran antar suami-istri yang gagal membayar pinjaman dan menyebabkan tingginya tingkat perceraian di masyarakat.
“Sudah banyak korbannya, bahkan sampai ada yang pergi meninggalkan anak dan suaminya karna malu sama tetangga,” ujarnya.
Erna berharap, ia bisa segera melunasi hutang-hutangnya ke Bank Emok dan Rentenir Karana sangat memberatkan kondisi ekonomi keluarga saat ini.
“Mudah-mudahan saya bisa segera melunasi hutang ke Bank Emok dan Rentenir. Kapok ah…takutnya mengalami hal yang sarupa, rumah tangga hancur keluarga berantakan,” pungkasnya.[RT]
Comment