REPUBLIKAN, Bandung – Kuliah umum bedah buku Aldera ini diambil dari nama sebuah gerakan mahasiswa era 1990-an. Terlihat Suasana auditorium PPAG Universitas Parahyangan penuh ramai oleh peserta kuliah umum dan bedah buku oleh Dr. Pius Lustrilanang S.IP, M.SI, CSFA, CFRA.
Aliansi Demokrasi Rakyat disingkat (ALDERA) yang merupakan gerakan besar prodemokrasi yang berjuang bersama gerakan buruh, perempuan, agraria, lingkungan, masyarakat adat, dan gerakan demokrasi lainnya yang punya satu tujuan, meruntuhkan rezim otoriter dan korup bernama Orde Baru pada masa itu.
Nama Aldera diusulkan oleh Pius Lustrilanang, aktivis mahasiswa asal Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung yang gigih memperjuangkan demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia.
Pius Lustrilanang mengatakan dalam buku ini berisi perjuangannya yang pernah diculik oleh rezim berkuasa dan dituangkan dalam buku Aldera, Potret Gerakan Politik kaum Muda 1993-1999 .
“Kuliah umum dan bedah buku ALDERA, buku ini bukan sekadar catatan sejarah, tapi juga inspirasi dan semangat intelektual untuk menegakkan demokrasi, hak asasi manusia, dan supremasi hukum, ” tuturnya di Unpar, Rabu (7/12/2022).
Pius menceritakan di kampus Unpar ini bersama beberapa temannya, ia membangun Unit Studi Ilmu Kemasyarakatan (USIK).
Menjadi lembaga resmi kampus, USIK pun turut bergerak bersama jaringan aktivis mahasiswa lainnya di Jawa Barat dan Indonesia dalam memperjuangkan keadilan, demokrasi, dan HAM.
Seperti halnya beberapa organisasi pergerakan di Bandung saat itu di antaranya: Keluarga Aktivis Unpad (KA Unpad), Front Aksi Mahasiswa Unisba (FAMU), Himpunan Mahasiswa Revolusioner (HMR) dari Universitas Pasundan dan juga Organisasi dari berbagai kampus ini sering berkumpul bersama dengan organisasi non-kampus GMNI, PMKRI, dan PMII bandung.
“Isi buku ini merekam tahun 99 dan menjadi bacaan wajib untuk mahasiswa yang ingin tahu sejarah dan menjadi sarana reuni para aktivis mulai dari Jawa, Bali, Lombok, hingga Sulawesi Selatan, “ujarnya.
Ia pun berharap para mahasiswa bisa menjaga sikap kritis pada kekuasaan yang ada.
“Saya harap mahasiswa siap untuk turun kembali ke jalan ketika rakyat memanggil,” katanya.
Sementara itu Rektor Unpar, Mangadar Situmorang Ph.D mengatakan, ini bukan perjuangan individu tapi perjuangan kebangsaan.
“Ketika membaca Aldera bisa melihat bahwa untuk sampai ke posisi ini ada perjuangan yang dimulai dari idealisme pribadi, berkembang jadi idealisme beberapa orang dan kini jadi gerakan yang lebih luas tidak hanya di Jawa Barat tapi nasional,” kata Mangadar.
Pada acara ini mahasiswa pun cukup banyak yang menuangkan aspirasi dan pertanyaan dilontarkan kepada pembicara yang membahas tentang gerakan mahasiswa oleh tiga narasumber yang merupakan pakar di bidangnya.
Mereka adalah Dekan FISIP Unpar, Dr. Pius Sugeng Prasetyo; Dekan Fakultas Hukum Unpar, Dr. IUR. Liona Nanang Supriatna, dan Ketua Jurusan Hubungan Internasional Unpar, Elisabeth A S Dewi Ph.D .[red]
Comment