Presidium 98 Jabar Usulkan 21 Mei Jadi Hari Reformasi

Politik884 views

REPUBLIKAN, Bandung – Sejumlah Eks-Aktifis Gerakan Mahasiswa 1998 yang tergabung dalam Presidium 98 Jawa Barat, usulkan tanggal 21 Mei dijadikan Hari Reformasi dan Hari Libur Nasional. Pernyataan dan tuntutan itu disampaikan Presidum 98 Jabar kepada Jokowi dan K.H. Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Peringatan ini menjadi sangat penting untuk menyegarkan daya ingat dan pendidikan moral bagi generasi bangsa selanjutnya agar mereka tetap terus mendorong perwujudan reformasi seutuhnya.

“Reformasi adalah satu proses berkelanjutan yang diupayakan terus menerus oleh setiap generasi ke depan sehingga perwujudan reformasi semakin ideal bagi rakyat. Dalam pandangan rakyat, reformasi akan dipahami sederhana seperti adanya pembangunan di segala bidang, transformasi politik, transparansi dan bebas korupsi. Korupsi saat ini semakin berkarat. Itu berarti reformasi belum ideal. Reformasi baru terjadi di beberapa bidang saja, belum total,” ungkap Lukman Nurhakim, Jubir Presedium 98 Jabar, usai siaran pers saat dihubungi via telepon, Senin (22/5/2023)

Lanjut Lukman Nurhakim, “21 Mei merupakan Peristiwa Besar bangsa ini yang menandai berakhirnya kekuasaan despotisme Rezim Orde Baru di bawah Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Setelah perjuangan panjang Mahasiswa dan Gerakan Pro-Demokrasi melawan pembungkaman rakyat, pembubaran berkumpul, penangkapan, pemenjaraan, penculikan, penghilangan hingga terjadi korban jiwa 4 orang mahasiswa oleh aparat keamanan rezim saat itu dalam Tragedi Trisakti, akhirnya tuntutan reformasi terwujud dan Presiden Soeharto menyatakan mundur dari jabatan Presiden.”

Dalam kesempatan tersebut, eks-aktifis yang tergabung dari berbagai alumni Perguruan Tinggi Jawa Barat tersebut, merasa terpanggil untuk terus merawat ingatan dan idealisme perjuangan Gerakan Reformasi Mahasiswa dan Pro Demokrasi untuk diingat sepanjang masa akan kelamnya masa-masa kekuasaan Presiden Soeharto.

“Kami ingin mengingatkan kembali generasi masa lalu baik itu saksi, pelaku bahkan generasi muda milenial dan generasi Z bahwa kebebasan berekspresi, berkumpul, dan berserikat saat ini merupakan buah dari hasil perjuangan gerakan mahasiswa 25 tahun yang lalu,” sambung Lukman.

“Menolak lupa” ungkap Lukman, bagaimana bengisnya Orde Baru yang menjalankan praktik depostik dan otoriter, KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang dipraktikan rezim saat itu, jangan diwariskan lagi pada pemerintah berikutnya. (Red)

Comment