REPUBLIKAN, Jakarta – Ketua Umum DPP Gerakan Hejo, Eka Santosa ditemui di kediamannya di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa, Desa Cikadut, Cimenyan Kabupaten Bandung, pada Rabu sore (20/10/2021), ini katanya Bersama rombonongan baru saja pulang dari kegiatan menghadiri peninjauan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki ke Green House tanaman hias di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Bogor, Jawa Barat milik CEO Minaqu Home Nature, Ade Wardhana Adinata. Acara utama di Desa Sukamantri, Tamansari Bogor hari itu penandatanganan MoU antara Minaqu Home Nature (Minaqu Indonesia) dengan Koperasi Agro Tora Wajasakti (Sukabumi).
”Sekitar 15 menitan lagi, saya dan rekan-rekan mau dijemput untuk menghadiri suatu pertemuan di pusat kota Bandung. Ini pun masih terkait beredarnya foto saya dan rekan-rekan barengan berfoto dengan Ganjar Pranowo yang masih menjabat Gubernur Jawa Tengah,” kata Eka Santosa.
Menurut Eka Santosa, kehadirannya bersama rekan seperjuangan ketika sama-sama menjadi anggota DPR RI (2004 – 2009), sebagai sesama anggota PA GMNI, ditambah dengannya elah melakukan pertemuan tatap muka terahir pada Juni 2020 di Bandung, sejak itu keduanya intensif saling mengontak:
“Kalau saya itu, usai menghadiri pertemuan di Bogor yang dihadiri rekan saya Bung Teten Masduki, lalu bersama Ade Wardhana, Henda Suwenda, Syarif Bastaman yang Ketua Bammus Jabar, kami membincangkan secara in formal banyak hal disela-sela banyak tamu lain yang ingin menemui Gubernur Jateng yang katanya sedang fokus, semata sedang menangani pandemi Covid – 19 di wilayahnya. Tak lain itu saja, saya mengapa bertemu Bung Ganjar Pranowo. Ya, kebetulan juga posisi kami sedang dekat beradanya dari Bogor dan Jakarta kala itu,” jelas Eka Santosa.
Ditanya lebih jauh, apakah kala itu pembicaraannya, sempat menyinggung rencana deklarasi pendukung Ganjar Pranowo di Jawa Barat yang dikenal di antaranya sebagai Ganjarist , seperti saat ini marak di berbagai daerah, termasuk di beberapa daerah tertentu di Jabar?
“Ya, sempat ada yang mengarah ke sana. Namun detilnya, nantilah. Justru itu, akibat pertemuan ini, banyak rekan-rekan lain yang bertanya-tanya, dan menafsir yang bukan-bukan, serta jauh pula. Saya mereaksi hal itu, yaw ajar-wajar saja. Dalam dunia politik hal itu bisa saja terjadi…,” ujar Eka Santosa yang juga dikenal sebagai Sekjen BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jawa Barat.
Secara terpisah Henda Suwenda, yang turut hadir bersama Eka Santosa bertemu dengan Ganjar Pranowo, kala dikonfirmasi perihal pertemuan khusus ini dihadiri oleh tokoh Sunda Syarif Bastaman selaku Ketua Bammus Pusat, ada apa gerangan?
Kang Eka Santosa, dan Kang Syarif Bastaman dengan segudang pengalaman di legislative dan dunia usaha, serta kegiatannya di ranah budaya Sunda dengan segala keunikan dan varian-varian tertentu, ini merupakan kolaborasi yang unik dan mengunci. Kang Ganjar Pranowo dalam pertemuan itu pun tampak sumringah alias bungah. Sempat tercetus, malah sempat berkata ini ada pertanda apa ya? Koq, kita bisa bertemu seperti ini?” ujar Kang Henda sambil memberikan catatan khusus dari Kang Ganjar tentang kiprah Kang Ade Wardhana dalam hal ekspor tanaman hias yang bernilai rupiah dan US dollar fantastis “Saya monitor tentang Kang Ade Wardhana, khususnya upaya ekspor tanaman hias ini. Potensi di Jateng pun kan bisa kita gali bersama.”
Pengamat & Pegiat Sosial
Dihubungi secara terpisah dosen antropologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Budi Rajab terkait mulai muncul gejala tokoh-tokoh Sunda, mulai membuka diri terhadap kemungkinan sosok Ganjar Pranowo didukung dalam konteks maju sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024:
“Bagi sebagian orang Sunda, setengahnya mendukung Ganjar Pranowo adalah kelas menengah bawah. Setengahnya lagi ya anti Ganjar Pranowo. Artinya ada nuansa ikutan, yang anti Jawa dan pro Islamis sekali, terutama didukung kelas menengah atas,” ujar Budi Rajab.
Lebih lanjut masih kata Budi Rajab:”Kalau sekarang ini tokoh-tokoh mendukung Ganjar Pranowo, ini menghindari supaya tidak dituduh langsung pro Ganjar Pranowo, dan mereka itu terbagi dua juga. Ini khusus masyarakat Sunda ya? Analisisnya memang harus berdasarkan kelas.”
Menurut Libang Kompas, yang dimuat pada CNN Indonesia (19/10/2021) Ganjar Pranowo menjadi salah satu tokoh yang konsisten mengalami kenaikan elektabilitas dalam tiga survey terakhir yang mereka lakukan.
Pantauan redaksi khusus di Jawa Barat dalam kaitan isu kisruh Banteng vs Celeng, ternyata relewan Sahabat Ganjar mulai dari Jabar hingga Papua terus melakukan aktivitas sosial seperti distribusi ratusan paket sembako bagi masyarakat yang layak dibantu.
Sementara itu Ketua Umum DPP Sahabat Ganjar, Aloysius Jaka yang dikutip dari beberapa media online CNN Indonesia di antaranya (18/10/2021) menyatakan akan tetap melakukan kegiatan sosial secara rutin di berbagai daerah di Jabar. Lainnya, Ketua DPW Sahabat Ganjar Jawa Barat, Tyo tampak semakin bergiat melakukan aksi sosial yang bermanfaat langsung terutama bagi masyarakat di kalangan bawah di daerah pasar tradisional Anyar Bogor, Pasar Parung Kuda Sukabumi, dan beberapa pasar di Cianjur.
Eka Santosa sendiri di akhir reportase ini ditanya tentang polemik Banteng vs Celeng, menurutnya:
”Kami bukan kader celeng, tetapi kader banteng ketaton dari Jawa Barat. Kan, banteng ketaton yang gagah itu masih ada di Jabar-Banten. Malah di cagar alam Pangandaran, dan hutan Sancang Garut, serta hutan Ujung Kulon di Banten sana, masih ada. Ingat, kami bukan celeng atau bagong liar yang secara tradisional terutama dengan mayoritas muslim, itu diharamkan di Jabar.”
Kembali Eka Santosa ditanya, kemungknannya untuk melakukan sinergitas dengan para ‘Ganjaris’ terutama yang ada di Jabar seperti yang tergabung dengan ‘Sahabat Ganjar’ ? “Mengapa tidak …?” tutupnya sambil bersiap-siap pergi ke pertemuan lainnya yang katanya akan membahas lebih dalam atas efek pertemuannya dengan Ganjar Pranowo di Jakarta. (Harri Safiari)
Comment