EPUBLIKAN, Kabupaten Bandung – Seturut terbentuknya pengurus Masyarakat Akukultur Indonesia (MAI) periode 2020 – 2024 yang diketuai Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, yang telah dikukuhkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP), Sakti Wahyu Trenggono pada 28 Januari 2021 di Jakarta. Kala itu Rokhmin Dahuri sempat menggemakan dukungan terhadap Menteri dan jajaran KKP – Mewujudkan perikanan budidaya sebagai sektor unggulan (leading sector), dan penghela (prime mover) pekonomian nasional menuju Indonesia maju, adil-makmur, dan berdaulat paling lambat pada 2045.
Rupanya, helaan Rokhmin Dahuri kala pengukuhannya sebagai Ketua Umum MAI yang baru, memotivasi para pengurus MAI (Pusat) maupun MAI Korda Jawa Barat khususnya, untuk mencari alternative baru tempat pengembangan budidaya ikan endemic, di antaranya:
“Kami sreg dan secara lisan sudah dibicarakan cukup matang dengan Pak Rokhmin Dahuri sesaat ia dilantik sebagai Ketua MAI. Pilihannya, harus dirintis kerjasama dengan Pak Eka Santosa selaku Pembina Yayasan Alam Santosa (YAS) , maupun sebagai Ketua Umum Gerakan Hejo. Banyak visi dan missi yang sama dengan gerak langkah MAI selama ini,” papar Sri Umiyati S representasi dari MAI (Pusat) yang diamini oleh rekan-rekannya seperti Ivone FL, Nunik, dan Wildan selama berkunjung mengelilingi Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa pada Selasa, 16 Maret 2021 di Pasir Impun Atas, Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Jabar.
Eka Santosa selaku tuan rumah yang didampingi oleh Dadan S Sumardja, Ketua YAS, Daddy Mulyadi, Bendahara YAS, dan Harri Safiari, Ketua Bidang Pendidikan YAS, tatkala bertemu dengan rombongan Sri Umiyati yang sama-sama antusias ingin bersegera mengembangkan aneka jenis ikan endemik di Alam Santosa yang memiliki potensi air, dan lahan cukup memadai untuk dijadikan sebagai pusat pengembangan ikan endemik di Jawa Barat:
“Ini ibarat menyatukan mimpi yang sama. Sejak tahun 2000-an Kawasan seluas sekitar 5 ha dengan aneka segmen pusat kegiatan berbasis budaya maupun kearifan lokal, dan pelestarian maupun penembangan masyarakat adat, tentang bagaimana mengembangkan budidaya ikan endemik jabar, sudah kami lakukan dengan cara yang sederhana, jelas Eka sambil menambahkan –“Bila sekarang ada MAI yang memang ‘ahlinya ahli’ di bidang perikanan endemik dan semacamnya, silahkan tempat ini dikaji dahulu dengan seksama. Bisakah hal itu terwujud di Alam Santosa?”
Terlontar dari mulut Sri Umiyati S kepada redaksi selama ini selaku ‘orang perikanan’,dirinya dan rekan-rekannya merasa terbebani dengan fenomena di pasar-pasar tradisional, kita hanya ada tiga atau empat jenis ikan utama seperti nila, ikan mas, lele, dan gurame malah datangnya dari luar Jawa Barat:
“Pada kemana itu ikan endemik seperti tawes, tambakang, nilem, balar, dan sebagainya. Ttadi saya perhatikan ikan-ikan endemik langka itu, ternyata sudah lama dipelihara di Alam Santosa. Malah diselamatkan dari kepunahannya. Hal inilah yang memacu kami, bersegera me wujudkan demplot itu di sini. Pak Rokmin dan pengurus MAI pusat pasti setuju. ”
Kata Sri Umiyati dan Kawan-kawan
Lebih jauh Sri Umiyati yang hadir di Alam Santosa setelah beberapa kali bertemu di Jakarta mematangkan pertemuan hari ini (16/3/2021) dengan Eka Santosa :
”Sepintas, tempat ini, sangat memungkinkan dijadikan demplot perikanan endemik. Tentu, dengan berbagai treatment dan penyesuain di sana- sini. Contoh, meneliti kadar PH air dan sumbernya, fluktuasi suhu, penyesuaian jenis ikan, dan teknis lainnya, seperti aplikasi mempertahankan sebagai destinasi desa wisata selama ini, lalu bagaimana kelak agar proyek ini profitable dan tetap selaras dengan unsur prinsip go green yang berkelanjutan. Optimis semua bisa terwujud dengan kehati-hatian.”
Menutup pertemuan hari itu, kedua belah pihak hari itu menandatangi semacam berita acara pertemuan: ”Semoga ini bisa menjadi bekal bagi Pak Rohkmin Dahuri yang dilapori atas kunjungan hari ini ke Alam Santosa. Siapa tahu ini akan menjadi landasan untuk terbentuknya MoU di antara kita,” ujar Dadan S Sumardja yang diamini semua yang hadir.[hs]
Comment